MENGGAGAS PENILIAN PENDIDIKAN YANG BERKEADILAN
Abstract
Kesuksesan sebuah proses pendidikan sangat ditentukan oleh sisten yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pedidikan tersebut, untuk mencapai tujuan tersebut maka sharing an feedback serta keterbukaan tanpa adanya gap antara guru dan siswa menjadi begitu penting agar guru dapat mengetahui serta mengevaluasi secara persis kemampuan dan tngkat intelektual siswa dalam asessment for learning, guru dituntut memiliki wawasan dan kemampuan yang memadai tentang pembelajaran, mislanya perencanaan, penetapan tujuan pembelajaran, dan membuat juga keputusan yang tepay berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penilaian, sehingga siswa termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan belajarnya.
Disamping itu guru harus bertindak sebagai motivator untuk memberikan spirit bahw asmseua siswa memiliki kesempatan untuk meraih kesuskesan dalam belajar. Pada bagain lain siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses penilain diri sendiri dan menciptakan kesempatan untuk self direction. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam Asessment for Learning ingin memberikan harapan pada smeua anak bahwa mereka memiliki kemapua untuk dapat belajar ke tingkat yang lebih tinggi melalui belajar dari pengalaman yang dialami sebelumnya
Downloads
References
---------. (2001b). Guidelines for secondary assessment co-ordinators. Diakses tanggal 01 Pebruari 2006 dari http://www.rmplc.co.uk/orgs/aaia
---------. (2001c). Primary assessment practice: Evaluation and development materials. Diakses tanggal 01 Pebruari 2006 dari http://www.aaia.org.uk
Assessment Reform Group. (1999). Assessment for learning: Beyond the black box. University of Cambridge School of Education. Diakses tanggal 02 Pebruari 2006 dari http://www.assessment-reform-group.org.uk.
----------. (2002). Assessment for learning: 10 principles. Norwich: DfES Publications. Diakses tanggal 02 Pebruari 2006 dari http://www.assessment-reform-group.org.uk.
Assessment Resource Centre.(2006). Assessment for learning in the new year 7 – 10 syllabuses. Diakses tanggal 6 Maret 2006 dari http://www.arc.boardofstudies.nsw.edu.au/go/sc/afl/
Boston, C. (2002). The concept of formative assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation, 8, 261-265.
CEA. (Juli 2003). Quality statement on assessment practice (secondary). Diakses tanggal 01 Pebruari 2006 dari http://www.aaia.org.uk
Clarke, S. (2003). Formative assessment in the secondary classroom. London: Hodder Murray.
Mansyur & Hamda. (2007). Pengembangan model assessment for learning pada pembelajaran matematika di SMP. Laporan Penelitian: Lembaga Penelitian Hibah Bersaing Universitas Negeri Makassar.
Mansyur. (2009). Pengembangan model assessment for learning pada pembelajaran matematika di SMP. Disertasi: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jogjakarta.
Harun & Mansyur. (2008). Penilaian hasil belajar. Bandung: CV. Wacana Prima
Mardapi, J. (2004). Penyusunan tes hasil belajar. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Standards for school mathematics. Diakses tanggal 9 Maret 2006 dari http://standards.nctm.org/document/chapter2/index.htm
Pearson Education. (2006). Literacy objective: Assessment for learning. Diakses tanggal 30 Juni 2006 dari http://www.tda.gov.uk/teachers/hottopics/assessment.aspx
Undang-Undang. (2003). Undang-Undang, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Weeden, P., Winter, J., & Broadfoot, P. (2002). Assessment: What’s in it for school?. London and new York: Routledge Falmer.